1. Komponen pasif adalah komponen elektronika yang
dapat beroperasi tanpa memerlukan arus atau tegangan listrik tambahan saat
bekerja.
2.
Komponen
aktif adalah komponen elektronika yang
memerlukan arus atau tegangan internal (sumber tambahan) untuk dapat
beroperasi.
Komponen aktif ini dapat menguatkan dan menyearahkan arus
listrik, komponen aktif juga dapat mengubah bentuk energi menjadi energi lain.
Dari
kedua jenis komponen tersebut, berdasarkan fungsinya komponen elektronika dapat
dibagi menjadi tranducer, sensor, dan actuator.
Komponen Pasif:
- Resistor (tahanan)
komponen dasar elektronika yang berfungsi menahan arus
listrik.
- Resistor tetap yang memiliki
nilai tahanan (resistansi) tetap.
- Resistor Variable yang
memiliki nilai tahanan bervariasi.
- Kapasitor (Condensator)
komponen dasar elektronika yang berfungsi menyimpan muatan
listrik selama waktu tertentu.
- Kapasitor tetap yang memiliki
nilai kapasitansi tetap.
- Kapasitor Variable (Varco)
yang memiliki nilai kapasitansi bervariasi.
- Inductor (kumparan)
komponen pasif elektronika yang dapat menghasilkan magnet
jika dialiri arus listrik dan sebaliknya dapat menghasilkan listrik jika diberi
medan magnet
- Trafo (Transformator)
komponen
elektronika yang berfungsi untuk menaikan dan menurunkan tegangan bolak-balik
(AC).
- Relay
piranti yang bekerja berdasarkan
elektromagnetik untuk menggerakan sejumlah kontaktor (saklar) yang tersusun
- Saklar (switch)
Komponen Aktif:
- Dioda
sebagai penyearah jika dipasang forward , tetapi akan
berfungsi sebagai penahan arus jika dipasang sebaliknya (reverse).
- Dioda Bridge
- Photo Dioda
- Dioda Zener
- Dioda Pemancar Cahaya (LED)
- Dioda Scottky
- Transistor
komponen aktif elektronika terbuat dari bahan semikonduktor Germanium,
Silikon, dan Gallium Arsenide yang memiliki beberapa fungsi di antaranya
sebagai penguat, saklar (switching), dan modulasi sinyal.
- Transistor Efek Medan
- Transistor Bipolar
- Transistor IGBT
- Transistor Darlington
- Photo Transistor
- IC (Integrated Circuit)
- IC Analog
- IC Digital
Tranducer / Sensor:
komponen
elektronika yang dapat mengalami perubahan dalam besaran listrik apabila
merespon suatu perubahan bentuk energi yang mengenai fisik dari komponen yang
disebut tranducer tersebut. Tranducer dalam dunia elektronika sering juga
disebut sebagai sensor. Ada beberapa
jenis tranducer yang akan mengalami perubahan resistansi apabila merespon suatu
perubahan energi pada fisik tranducer atau sensor tersebut. Tranducer yang
memiliki karakteristik perubahan resistansi tersebut contohnya LDR, NTCdan PTC.
- LDR (Light Dependent
Resistance) : Resistansi berubah karena pengaruh perubahan intensitas
cahaya
- Solarcell : Tegangan dihasilkan
karena cahaya.
- NTC (Negative Temperature
Coeffisient) : Resistansi mengecil jika temperature meninggi.
- PTC (Positive Temperature
Corfficient) : Resistansi membesar jika temperature mengecil.
- Microfon (Mic) : Tegangan
berubah karena pengarus perubahan suara. Ultrasonic.
- Bimetal
Actuator:
- Speaker
- LED
- Lampu
Setiap
komponen elektronika mempunyai sifat dan karakteristik masing-masing sehingga
jika disusun dalam suatu sistem yang benar dapat menghasilkan sebuah perangkat
elektronik yang bermanfaat. Komponen-komponen tersebut ditulis dengan simbol
internasional untuk membantu pemahaman saat menelusuri cara kerja sistem atau
pada saat perancangan sebuah rangkaian elektronika melalui skema
elektronika dalam bentuk gambar.
RESISTOR
Resistor atau tahanan adalah komponen dasar elektronika yang berfungsi menahan arus
listrik. Resistor termasuk komponen pasif dengan satuan Ohm (simbol: Ω)
diambil dari nama George Simon Ohm, biasanya digunakan prefix Kilo
Ohm dan Mega Ohm.
A. Resistor tetap
Resistor tetap
adalah resistor yang
memiliki nilai hambatan yang tetap. Resistor memiliki
batas kemampuan daya misalnya :
1/16 watt, 1/8 watt, ¼ watt, ½ watt dsb.
Artinya
resitor hanya dapat dioperasikan dengan
daya maksimal sesuai dengan kemampuan dayanya.
Simbol
Resistor tetap
Bentuk
fisik Resistor
Satuan Resistor dan cara
penulisannya
- 1R = 1 Ohm
- R33 = 0,33 Ohm
- 2R2 = 2,2 Ohm
- 1K = 1 Kilo Ohm (1.000 Ohm)
- 1K5 = 1,5 Kilo Ohm (1.500 Ohm)
- 1M = 1 Mega Ohm (1.000 K Ohm
atau 1.000.000 Ohm)
- 4K7 = 4,7 Kilo Ohm (4.700 Ohm)
- 4M7 = 4,7 Mega Ohm (4.700 KOhm,
4.700.000 Ohm)
Kode Warna Resistor
Untuk mengetahui nilai resistor (Ohm) digunakan alat ukur Ohm Meter atau dengan cara melihat gelang-gelang warna (strips) pada fisik resistor yang umumnya terdiri dari 4 atau 5 warna. Nilai resistansi untuk daya besar pada umumnya tidak ditentukan dengan gelang warna tetapi dengan notasi yang ditulis langsung pada fisik resistor.
Untuk mengetahui nilai resistor (Ohm) digunakan alat ukur Ohm Meter atau dengan cara melihat gelang-gelang warna (strips) pada fisik resistor yang umumnya terdiri dari 4 atau 5 warna. Nilai resistansi untuk daya besar pada umumnya tidak ditentukan dengan gelang warna tetapi dengan notasi yang ditulis langsung pada fisik resistor.
Warna-warna gelang resistor secara berurutan
- Hitam
- Coklat
- Merah
- Orange
- Kuning
- Hijau
- Biru
- Ungu
- Abu
- Putih
- Emas
- Pera
KEPANJANGANNYA HICMEO KUHIBUAPEP
Penjelasan;
1.
Resistor 4 band / warna
Keterangan untuk 4 band :
- Gelang
ke-1 dan ke-2 menyatakan angka dari resistor tersebut.
- Gelang
ke-3 menyatakan faktor pengali (banyaknya nol).
- Gelang
ke-4 menyatakan toleransi.
Misalnya
: Resistor dengan
warna :merah hitam
kuning perak
Maka nilainya : 20
10000 10% = 20 X 10000
Berarti
nilai resistor tersebut adalah = 200.000
Ohm atau 200 Kohm dengan
toleransi
sebesar 10%.
Range
hambatan resistor tersebut adalah
=
200.000 ± 10% =
10% x 200.000 = 20.000 Ohm
= 200.000 –
20.000 sampai 200.000 + 20.000
=
180.000 sampai 220.000 Ohm.
2.
Resitor 5 warna
Gelang ke-1, ke-2 dan ke-3 menyatakan angka dari resistor tersebut.
Gelang ke-4
menyatakan faktor pengali (banyaknya nol).
Gelang ke-5
menyatakan toleransi.
Jika pengukuran dilakukan dengan
multimeter analog, hasil pengukuran dapat dilihat melalui pergerakan jarum
meter di atas skala yang sesuai dengan selector yang dipilih. Usahakan
jarum positif dan jarum negatif pada multimeter analog jangan sampai terbalik
saat pengukuran tegangan DC (Direct Current), disamping itu pemilihan
selector dan skala pun harus tepat karena dapat mengakibatkan rusaknya alat
ukur tersebut.
Multimeter digital, meskipun lebih mahal tetapi
relatif lebih aman saat probe terbalik atau saat selector berada pada
nilai terendah. Hasil pengukuran pun lebih mudah terlihat karena tampil pada
display 7 segment seperti halnya calculator.
Pengukuran Resistor
Cara
mengukur resistansi sebuah resistor atau gabungan resistor adalah dengan
menempelkan probe positif dan negatif multimeter di setiap ujung sebuah
resistor atau gabungan resistor yang tersusun seri, paralel, atau seri paralel.
Sebelum pegukuran, pastikan selector berada pada posisi Ohm Meter.
Untuk pengukuran resistansi, jarum positif dan negatif multimeter dapat
dipasang bolak-balik.
Perhitungan Resistor
Untuk
mmengetahui resistansi sebuah resistor tentu sangat mudah, cukup dengan
melihat kode warna atau notasi yang tertulis pada fisik resistor. Apabila
resistor tersebut sudah dikombinasikan dengan resistor lain dalam sebuah rangakaian
seri, paralel, atau seri-paralel harus menggunakan beberapa rumus
sebagai dasar perhitungan.
Rangkaian Resistor Seri Rangkaian
Resistor Paralel
R Total = R1 + R2 + ... Rn 1/ R
Total = 1/R1 + 1/R2 + ... 1/Rn
Contoh Perhitungan Resistor
1. Rangkaian Resistor Seri
Pemecahan
R Total = R1 + R2 + R3
R Total = R1 + R2 + R3
R Total = 15 + 5 + 30
R Total = 50 Ohm
Pemecahan
1/R Total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
1/R Total = 1/15 + 1/15
+ 1/30
1/R Total = 2/30 + 2/30 + 1/30
1/R Total = 5/30
R Total = 30/5
R Total = 6 Ohm
3. Rangkaian Resistor Seri &
Paralel
Keterangan
|
R Total = R1 + (R2 // R3)
1/RA = 1/R2 + 1/R3
1/RA = 1/30 + 1/30
1/RA = 2/30
RA = 30/2
RA = 15 Ohm
R Total = R1 + RA
R Total = 15 + 15
R Total = 30 Ohm
4. Rangkaian Resistor Seri Paralel
Pemecahan
Gunakan rumus Resistor seri dan Resistor paralel (gabugan)
R Total = R1 // (R2 // R3) // R4
RA = R2 + R3
RA = 20 + 40
RA = 60 Ohm
1/R Total = 1/R1 + 1/RA + 1/R4
1/R Total = 1/60 + 1/60 + 1/60
1/R Total = 3/60
R Total = 60/3
R Total = 20 Ohm
Keterangan
Gunakan rumus Resistor seri dan Resistor paralel (gabugan)
R Total = R1 // (R2 // R3) // R4
RA = R2 + R3
RA = 20 + 40
RA = 60 Ohm
1/R Total = 1/R1 + 1/RA + 1/R4
1/R Total = 1/60 + 1/60 + 1/60
1/R Total = 3/60
R Total = 60/3
R Total = 20 Ohm
Keterangan
- // = Paralel
- + = Seri
- RA = R Total dari R2 dan R3
B. Resistor
tidak tetap (Variabel)
Resistor titak
tetap ialah resistor yang nilai
hambatannya atau resistansinya dapat diubah-ubah. Jenisnya antara lain :
hambatan geser, trimpot dan potensiometer.
Potensiometer
pada prinsipnya dapat kita asumsikan sebagai gabungan dari dua buah resistor yang dihubungkan seri (R1 dan R2), tetapi kedua resistor
tersebut nilai resistansisnya dapat diubah. Resistansi total akan selalu tetap dan nilai
ini merupakan nilai resistansi Potensiometer (Variable Resistor). Jika
resistansi R1 diperbesar dengan cara memutar potensiometer tersebut, maka
otomatis resistansi R2 akan berkurang, demikian juga sebaliknya.
Potensiometer dengan nilai 100 KOhm artinya nilai
resistansi total R1 dan R2 adalah 100 KOhm. Jika potensiometer diputar sehingga
menyebabkan R1 bernilai 40 KOhm, maka R2 akan bernilai 60 KOhm. Jika Potensio
diputar kembali sampai R1 bernilai 0 Ohm, maka R2 akan bernilai 100 KOhm.
Dengan demikian Potensiometer (Variable Resistor) merupakan resistor tiga
terminal dimana terminal kedua merupakan titik sambung R1 dan R2 yang nilainya
resistansinya dapat diatur dari 0 Ohm sampai batas maksimal nilai resistansi
potensimeter tersebut.
Simbol Potensio :
- Power Amplifier: sebagai
pengatur volume, bass, dan treeble
- Equalizer: sebagai pengatur
filtre frekuensi suara
- Power Supply (Regulator
DC) :
pengatur tegangan output DC
- Control Motor DC : pengatur
kecepatan putaran motor
- Lamp Dimmer : pengatur
intensitas cahaya
2. Trimpot
Resistor yang
nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar porosnya dengan
menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai hambatan dari suatu trimpot dapat
dilihat dari angka yang tercantum pada badan trimpot
tersebut.
Simbol
Trimpot :
CONDESATOR/CAPASITOR
Berdasarkan kegunaanya condensator
dibagi menjasi tiga jenis yaitu:
1.
Condensator
Non-Polar
Kondensator/Capasitor
non polar adalah Capasitor yang elektrodanya
tanpa memiliki kutup positif (+) maupun kutup negatif (-) artinya jika
pemasangannya terbalik maka Capasitor tetap bekerja.
Besar
kapasitas condensator jenis ini mulai dari Pico Farad (pF) sampai dengan
ratusan Nano Farad (nF). Nilai kapasitansinya tertulis dengan angka misalnya
203 (20.000 pF atau 20 nF atau 0,02 µF).
Ket :
1 Farad = 1.000.000 uF →
baca (mikro farad),
1 uF = 1.000 nF →
baca (nano Farad) dan
1 nF = 1.000 pF →
baca (piko Farad).
Contoh Kondensator/Capasitor nonpolar yaitu :
Kondensator/Capasitor variable (Varco). Kertas, Mylar, Polyester, Keramik dsb.
a.
Pada Kapasitor angka yang
tertulis di badannya merupakan nilai kapasitansi kapasitor tersebut. Apabila
pada badannya tertulis satu / dua angka maka bisa kita langsung baca
kapasitasnya dengan satuan pF (pico farad).
Contoh, kapasitor keramik diatas tertuliskan dua angka 68,
maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 68 pF. Sedangkan jika ada 3 angka,
maka angka pertama dan kedua adalah nilai nominal, sedangkan angka ketiga
adalah faktor pengali.
Ø Pada gambar diatas tertulis angka : 104
Ø
Angka
pertama dan kedua menunjukkan nilai yaitu :
10
Ø
Angka
ketiga yaitu angka 4 yang berarti faktor pengali : 10.000, (lihat tabel)
Ø
Maka
nilai kapasitor keramik tersebut adalah : 10 ×10.000=100.000pF = 100 nF = 0,1
uF
b. Kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui
berdasarkan warna seperti pada resistor.
Contoh : Sebuah kapasitor pada badannya berwarna:
Coklat = 1, Hitam = 0, Orange = 3, maka
angkanya = 103
Jadi nilai kapasitansi (lihat tabel) condensator tersebut
adalah : 103 = 10 x 1000 = 10000 pF = 10nF = 0,01 uF
Berdasarkan bahan pembuatannya, condensator non-polar dibagai
menjadi tiga yaitu:
c.
Condensator
Keramik
Bentuk Fisik dan simbol condensator Keramik
Bentuk Fisik dan simbol condensator Keramik
d. Condensator Mika
Bentuk fisik dan simbol condensator Mika
e.
Condensator
Kertas
Bentuk fisik dan simbol condensator kertas
2.
Electrolytic
Condensator (Elco) atau Condensator Bi-Polar
Condensator
ini memiliki dua kutub kaki yang berbeda yaitu kutub negatif dan kutub positif
(bi-polar) sehingga pemasangan pada PCB jangan sampai terbalik. Bentuk fisik
condensator ini biasanya seperti tabung dan nilai kapasitasnya tertulis pada
fisik bagian luar disertai tanda polaritas misalnya 470 µF 25V, 1.000 µF 50V,
220 µF 16V, dan sebagainya.
Bentuk fisik dan simbol condensator electrolytic (Elco)
Bentuk fisik dan simbol condensator electrolytic (Elco)
3.
Variable
Condensator (Varco)
Nilai
kapasitas condensator ini dapat berubah-ubah (variable) secara manual atau
menggunakan motor. Nilai kapasitasnya antara 100pF-500pF. Condensator ini
biasanya digunakan untuk mengatur frekwensi gelombang suara pada system radio.
Bentuk fisik dan simbol Variable Condensator
Bentuk fisik dan simbol Variable Condensator
Dalam prakteknya, komponen dasar condensator ini berperan penting dalam
suatu sistem rangkaian elektronika baik sebagai filter, pengatur frekwensi, coupling, dan fungsi lain. Istilah Indonesianya adalah
kondensator atau kapasitor.
INDUKTOR
Sebuah
induktor pada kenyataanya merupakan gabungan dari induktansi, beberapa
resistansi karena resistivitas kawat, dan beberapa kapasitansi. (Sumber
foto Wikipedia). Induktor akan berfungsi sebagai tahanan jika dialiri arus
listrik bolak-balik (AC).
Kegunaan Induktor
- Pemroses sinyal pada rangkaian analog
- Menghilangkan noise (dengung)
- Mencegah interferensi frekwensi radio
- Komponen utama pembuatan Transformator
- Sebagai filter pada rangkaian power supply
Banyak
perangkat dan komponen elektronika yang dibangun mengunakan kumparan seperti
speaker, relay, buzzer, trafo, dan komponen lain yang berhubungan dengan
frekwensi dan medan magnet.
Fungsi
Induktor
1.
Tempat
terjadinya gaya magnet
2.
Pelipat
tegangan
3.
Pembangkit
getaran
Berdasarkan kegunaannya Induktor bekerja pada:
1.
Frekuensi
tinggi pada spul antena dan osilator
2.
Frekuensi
menengah pada spul MF
3.
Frekuensi
rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo tenaga, spul relay
dan spul penyaring
Bentuk
fisik induktor
Simbol Induktor
TRANSFORMATOR
Transformator adalah salah satu komponen
elektronika yang berfungsi untuk menaikan dan menurunkan tegangan bolak-balik
(AC).
Susunan
tranformator terdiri dari lilitan kawat tembaga primer, lilitan sekunder, dan
inti besi untuk menghasilkan induksi medan magnet.
Lilitan
primer adalah lilitan yang menerima
tegangan input AC.
Lilitan
sekunder adalah lilitan yang
menghasilkan tegangan output AC.
Berdasarkan perbandingan antara tegangan input dan tegangan output, tranformator (trafo) dibagi tiga jenis yaitu:
- Trafo
Step-up,
Trafo yang berfungsi untuk menaikan tegangan AC dimana jumlah lilitan
primer lebih sedikit dari jumlah lilitan sekunder.
- Trafo
Step-down,
Trafo yang befungsi menurunkan tegangan AC. Jumlah lilitan primer pada
trafo ini lebih banyak dari lilitan sekunder.
- Trafo
Isolation, Trafo
yang befungsi sebagai isolasi dimana tegangan input dan output sama.
Jumlah lilitan primer dan sekunder pada trafo isolation sama.
Dalam sistem elektronika, trafo memiliki peran penting sebagai komponen utama power supply. Tegangan AC dari PLN (220V/240V) diturunkan oleh trafo kemudian disearahkan oleh bagian regulator tegangan agar menghasilkan tegangan DC (searah). Tegangan inilah yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai adaptor, supply radio, amplifier, charger HP, power supply modem, power supply router, dan lain-lain.
Jenis
trafo yang digunakan untuk keperluan di atas adalah trafo step-down, misalnya
dari 220 VAC menjadi 6VAC, 9VAC, 12VAC, 24VAC, 48 VAC. Tegangan AC yang telah
diturunkan kemudian diserahkan oleh dioda dan disaring oleh kondensator, setelah itu dapat dimanfaatkan
menjadi sumber tegangan DC untuk berbagai keperluan.
Berdasarkan stabilitas tegangan output yang dihasilkan, trafo dibagi menjadi dua tipe yaitu:
Berdasarkan stabilitas tegangan output yang dihasilkan, trafo dibagi menjadi dua tipe yaitu:
- Trafo tetap : dimana tegangan keluaran (output)
tetap,
- Trafo variable : dimana tegangan output yang dihasilkan
bervariasi. Trafo variabel ini memiliki brush yang dapat berubah posisi
untuk mengatur perubahan tegangan outout.
RELAY
Relay adalah suatu piranti yang
bekerja berdasarkan elektromagnetik untuk menggerakan sejumlah kontaktor
(saklar) yang tersusun. Kontaktor akan tertutup (On) atau terbuka (Off) karena
efek induksi magnet yang dihasilkan kumparan (induktor)
ketika dialiri arus listrik.
Berbeda dengan saklar dimana pergerakan kontaktor (On/Off) dilakukan manual
tanpa perlu arus listrik.
Sebagai komponen elektronika,
relay mempunyai peran penting dalam sebuah sistem rangkaian elektronika
dan rangkaian listrik untuk menggerakan sebuah perangkat yang memerlukan arus
besar tanpa terhubung langsung dengan perangkat pengendali yang mempunyai arus
kecil. Dengan demikian relay dapat berfungsi sebagai pengaman.
Ada beberapa jenis relay berdasarkan cara kerjanya yaitu:
- Normaly On
: Kondisi awal kontaktor terturup (On) dan akan terbuka (Off) jika relay
diaktifkan dengan cara memberi arus yang sesuai pada kumparan (coil)
relay. Istilah lain kondisi ini adalah Normaly Close (NC).
- Normaly Off : Kondisi awal kontaktor terbuka (Off) dan akan
tertutup jika relay diaktifkan dengan cara memberi arus yang sesuai pada
kumparan (coil) relay. Istilah lain kondisi ini adalah Normaly Open (NO).
- Change-Over (CO) atau Double-Throw (DT) : Relay jenis ini memiliki dua
pasang terminal dengan dua kondisi yaitu Normaly Open (NO) dan Normaly
Close (NC).
Simbol Relay:
- SPST
(Single Pole Single Throw) : Relay ini memiliki empat terminal. Dua
terminal kumparan (coil) dan dua terminal saklar (A dan
B) yang dapat terhubung dan terputus.
- SPDT
(Single Pole Double Pole) : Relay ini memiliki lima terminal. Dua terminal
kumparan (coil) dan tiga terminal saklar (A,B, dan C) yang dapat terhubung
dan terputus dengan satu terminal pusat. Jika suatu saat terminal A
terputus dengan terminal pusat (C) maka terminal lain (B) terhubung dengan
terminal C, demikian juga sebaliknya.
- DPST
(Double Pole Single Throw) : Relay ini mempunyai enam terminal. Dua
terminal kumparan (coil), dan empat terminal merupakan dua pasang saklar
yang dapat terhubung dan terputus (A1 dan B1 - A2 dan B2).
- DPDT (Double pole Double Throw) : Relay ini mempunyai
delapan terminal. Dua terminal kumparan (coil), enam terminal merupakan
dua set saklar yang dapat terputus dan terhubung (A1,B1,C1 dan A2, B2, C2)
Contoh Bentuk Fisik Relay
Foto Relay -1 Foto Relay -2 Foto Relay -3
SAKLAR
Saklar
atau switch adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai
penghubung dan pemutus arus
listrik. Dalam rangkaian
elektronika dan rangkaian listrik saklar berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan
arus listrik yang mengalir dari sumber
tegangan menuju
beban (output) atau dari sebuah
sistem ke sistem lainnya.
Berikut ini adalah bebarapa jenis-jenis saklar berdasarkan konstruksi masing-masing saklar.
Berikut ini adalah bebarapa jenis-jenis saklar berdasarkan konstruksi masing-masing saklar.
Atas, dari kiri ke kanan: Circuit Breaker, Mercury Switch, Wafer Switch, DIP Switch, Surface Mount Switch, Reed Switch. Bawah, dari kiri ke kanan : Wall Switch, Miniature Toggle Switch, In-Line Switch, Push-Button Switch, Rocker Switch, Micro Switch.
JENIS SAKLAR (SWITCH)
|
SIMBOL SAKLAR
|
CONTOH FISIK
|
SPST
Saklar On-Off sederhana |
||
Saklar
Push-On
Kedua terminal akan terhubung selama ditekan |
||
Saklar
Push-Off
Kedua terminal akan terputus selama ditekan |
||
Saklar
SPDT
Terminal sentral (COM) akan terhubung ke salah satu terminal dan akan terputus ke terminal lainnnya dalam satu kondisi. |
||
Saklar
DPST
Dalam kondisi On ("1") dua terminal sentral akan terhubung ke terminal pasangannya dan akan terputus ketika kondisi Off ("0") |
||
Saklar
DPDT
Dua terminal sentral akan terhubung ke salah satu terminal pasangannya dan teputus ke terminal pasangannya yang lain dalam satu kondisi. |
Keterangan:
- On
: Posisi Terhubung
- Off
: Posisi Tidak Terhubung
- Push
: Tekan
- Pole
: Jumlah kontaktor
- Throw
: Jumlah Posisi Konduktor (yang terhubung)
- Open
: Terbuka (Posisi Off)
- Close
: Tertutup (Posisi On)
- Break
: Off (Posisi Tidak terhubung)
- SPST
(Single Pole Single Throw)
- SPDT
(Single Pole Double Throw)
- SPXT
(Single Pole X Trow) X=jumlah Throw, misalnya SP6T (Single Pole 16 Throw)
- DPST
(Double Pole Single Throw)
- DPDT
(Double Pole Double Throw)
- DPXT
(Double Pole X Throw) x=jumlah Throw, misalnya DP4T (Double Pole 4
Throw)
- Push
Button Switch
- Push
Break Switch
Simbol Saklar SPDT, SPST, Push-On, dan
Push-Off
Simbol DIP Switch
DIODA
Jenis-jenis Dioda:
- Dioda Biasa / Rectifier
- penyearah
- Dioda Zener - regulator
- Dioda Polaritas -
- Dioda Schottky - saklar
kec.tinggi
- LED (Light Emiting Diode) - display
- Dioda Foto (Photo Diode) - sensor
cahaya
- Dioda Terowongan
/ Tunnel - osilator
- SCR
1. Dioda biasa /
Rectifier
Dioda merupakan salah satu komponen aktif
elektronika yang memiliki dua saluran yaitu anoda (A) dan Katoda (K).
Dioda
Biasa yang terbuat dari silicon dan
germanium. Bahan pembuatan dioda adalah semikonduktor tipe positif (P)
dan tipe negatif (N) yang digabungkan sehingga terbentuk dua terminal yaitu
anoda yang terhubung dengan semikonduktor tipe positif dan katoda yang terhubung
dengan semikonduktor tipe negatif.
Dioda biasa kadang dikemas dalam satu wadah
yang berisi dua atau empat buah dioda yang disebut dengan dioda jembatan
(Bridge dioda) atau yang biasa dikenal dengan sebutan dioda kuprok.
Fungsi : sebagai penyearah jika dipasang forward ,
tetapi akan berfungsi sebagai penahan arus jika dipasang sebaliknya (reverse).
Ketika terminal anoda diberi
tegangan positif atau terminal katoda diberi tegangan negatif, maka kondisi ini
disebut forward-bias, sebaliknya jika anoda diberi tegangan negatif atau
katoda diberi tegangan positif maka kondisi ini disebut reverse-bias.
Contoh sederhana, jika lampu DC
dipasang pada suatu sistem rangkain tertutup forward-bias, maka lampu
tersebut akan menyala karena arus akan mengalir pada lampu melalui dioda,
sedangkan jika dipasang reverse-bias maka lampu tersebut tidak akan
mendapat arus listrik karena tertahan oleh dioda sehingga lampu padam.
Pada kondisi forward-bias
akan terjadi drop tegangan (penurunan) sekitar 0,2-0.3 Volt untuk dioda germanium
dan 0,6-0,7 Volt untuk dioda silikon. Komponen elektronika ini dapat digunakan sebagai
penyearah tegangan bolak balik (AC) pada sistem regulator atau biasa disebut
dengan istilah power supply.
Salah satu cara untuk mengetahui
kondisi sebuah dioda biasa dapat dilakukan dengan cara sederhana
menggunakan alat ukur AVO meter jarum (multimeter analog). Jika probe
positif tester dihubungkan dengan kaki anoda dan probe negatif tester
dihubungkan dengan kaki katoda kemudian jarum AVO meter bergerak mendekati 0
Ohm dan jika dipasang terbalik jarum AVO meter tidak bergerak (resistansi sangat besar) maka kondisi seperti itu
menandakan dioda dalam kondisi baik.
Bentuk
Fisik Dioda
Simbol Dioda
2.
Dioda Zener
Simbol dioda ziner Gambar
dioda ziner
Dioda zener dibuat untuk bekerja pada daerah
breakdown dan menghasilkan tegangan breakdown kira-kira dari 2 sampai 200 Volt.
Dengan memberikan tegangan terbalik melampaui tegangan breakdown zener, piranti
berlaku seperti sumber tegangan konstan, dengan kata lain dioda zener akan
membatasi tegangan agar tidak lebih besar dari tegangan breakdownnya
Dalam
rangkaian elektronika dioda zener berfungsi untuk
menstabilkan tegangan DC (searah). Untuk tujuan tersebut dioda zener harus
dipasang secara seri dengan sebuah resistor yang terhubung dengan sumber tegangan DC dengan
cara terbalik (reverse bias). Output dari dioda zener yang
diambil dari kaki anoda akan dibatasai sesuai dengan nilai yang tercantum pada
fisik dioda zener.
Dioda zener biasanya digunakan dalam sebuah rangkaian regulator DC.
Di
bawah ini adalah contoh sederhana regulator tegangan DC dengan Zener untuk menghasilkan
tegangan +/- 6 Volt DC.
Keterangan:
- VAC : Tegangan Input AC 220-240 Volt dari
PLN (Perusahaan Listrik Negara)
- S1
: Saklar penghubung
- F1
: Fuse Pengaman
- T1
: Transformer/ Trafo step-down dengan output 9 Volt AC
- C1
: Condensator 2200uF /25 Volt
- C2
: Condensator 10uF/25 Volt
- C3
: Condensator 100uF/ 12 Volt
- Tr1
: Transistor 2N3055
- R1
: Resistor 2K2 Ohm
- LED
: LED Indikator
- R2
: Resistor 1 K Okm
- DZ1
: Dioda Zener 6,8 Volt
3.
Dioda
Polaritas
Selain sebagai penyearah, Dioda dapat digunanan sebagai pengaman polaritas untuk
mencegah terbaliknya sumber tegangan positif dan negatif. Sampai saat ini masih
banyak peralatan elektronika yang belum dilengkapi pengaman polaritas karena
mungkin diperkirakan akan aman sesuai dengan power supply (adaftor) bawaan pabrik pembuatnya
dimana si pemakai tidak mungkin terbalik memasang adaftor
tersebut.
Kesalahan terjadi biasanya diakibatkan karena
pengguna tidak menggunakan regulator
standar yang diizinkan atau sesuai dengan spesifikasi sebuah peralatan
elektronika. Di antara pengguna ada yang sengaja membuat power supply
sendiri untuk mengganti power supply bawaan pabrik yang telah rusak.
Kesalahan terjadi diakibatkan terbaliknya pemasangan jack (conector)
pada output adaftor rakitan sendiri. Untuk mencegah kerusakan karena
terbaliknya polaritas negatif dan positif, Dioda dapat menjadi salah satu solusi terbaik.
Perhatikan gambar di bawah!
Anggap saja LED (Light Emiting Diode) adalah
peralatan elektronika. Gambar sebelah kiri adalah kondisi sebelum saklar ditekan sehingga LED tidak menyala. Gambar sebelah
kanan menjelaskan bahwa LED akan menyala ketika saklar ditekan karena ada arus listrik yang mengalir.
Gambar 1 Polaritas Normal
|
Jika kondisi sumber tegangan terbalik, maka LED tidak akan menyala. Pada beberapa kasus, jika tidak dipasang Resistor (R3 atau R4) maka LED ini akan rusak karena mendapat sumber tegangan terbalik. Hal seperti ini tentu harus dicegah.
Gambar 2 Polaritas terbalik
|
Untuk mengamankan kerusakan pada LED (asumsi sebuah
peralatan elektronika), dapat dipasang sebuah Dioda yang dirangkai
seri dengan sumber tegangan, tetapi Dioda tersebut harus dipasang Forward yaitu
Anoda mendapat polaritas positif dan Katoda mendapat polaritas negatif. Dengan
demikian jika suatu saat tidak sengaja atau lupa memasang polaritas terbalik,
maka LED akan tetap aman meskipun tidak menyala.
Gambar 3 Rangkaian sudah di pasang
Dioda pengaman polaritas
|
Gambar 4 hampir sama, hanya saja Dioda dipasang seri setelah LED.
Gambar 4 Rangkaian sudah di pasang
Dioda pengaman polaritas
|
Gambar 5 dan Gambar 6 adalah jenis pengaman polaritas lain yang disusun oleh empat buah Dioda atau dikenal dengan istilah Dioda Bridge. Cara ini lebih baik dari sebelumnya, karena apapun kondisi polaritas yang diberikan maka LED akan tetap menyala. Degan kata lain, jika polaritas sumber tegangan lsitrik tebalik maka LED atau peralatan elektronika tidak akan rusak dan tetap akan bekerja normal.
Gambar 5 Dioda Bridge sebagai pengaman polaritas
Gambar 6 Dioda Bridge sebagai pengaman polaritas
Catatan:
- Pengaman
yang dimaksud hanya berlaku untuk tegangan searah
(DC), bukan untuk pengaman tegangan bolak balik (AC).
- Posisi
Dioda harus forward, karena jika terbalik (reverse) maka LED
atau peralatan elektronika tidak akan bekerja meskipun aman dari
kerusakan.
- Drop
tegangan Dioda sebesar 0,6 - 0,7 Volt. Jika menggunakan satu Dioda
pengaman maka akan terjadi penurunan tegangan sebesar 0,7 Volt, dan jika
menggunakan empat Dioda (Dioda Bridge) maka akan terjadi penurunan
tegangan sebesar 1,4 Volt. Jadi jika sumber tegangan adalah 12 Volt, output
akan berkurang sebesar drop tegangan tersebut.
4. Dioda Schottky - saklar
kec.tinggi
Dioda schottky
menggunakan logam emas, perak atau platina pada salah satu sisi junction dan
silicon yang di dop (biasanya type-n) pada sisi yang lain. Dioda semacam ini
adalah piranti unipolar karena electron bebas merupakan pembawa mayoritas pada
kedua sisi junction. Dan dioda Schottky ini tidak mempunyai lapisan pengosongan
atau penyimpanan muatan, sehingga mengakibatkan ia dapat di switch nyala dan
mati lebih cepat dari pada dioda bipolar. Sebagai hasilnya piranti ini dapat
menyearahkan frekuensi diatas 300 Mhz dan jauh diatas kemampuan dioda bipolar.
5.
Dioda Pemancar Cahaya (LED) – display
Bila dioda dibias
forward, electron pita konduksi melewati junction dan jatuh ke dalam hole. Pada
saat elektron-elektron jatuh dari pita konduksi ke pita valensi, mereka
memancarkan energi. Pada dioda LED energi dipancarkan sebagai cahaya, sedangkan
pada dioda penyearah energi ini keluar sebagai panas. Dengan menggunakan bahan
dasar pembuatan seperti gallium, arsen dan phosfor pabrik dapat membuat LED
dengan memancarkan cahaya warna merah, kuning, dan infra merah (tak kelihatan)
LED (Light Emiting Diode) termasuk
jenis dioda
semikonduktor
yang banyak dipakai di dunia elektronika terutama digunakan sebagai
indikator. Seiring perkembangan teknolgi dan kebutuhan, kini LED banyak dipakai
sebagai penerangan pengganti lampu pijar dan lampu neon yang membutuhkan daya
cukup besar. Alasannya, selain karena lebih awet, daya yang dibutuhkan LED jauh
lebih kecil sehingga dapat menghemat penggunaan energi listrik.
Tidak seperti lampu pijar dan lampu
neon, LED mempunyai kecenderungan polarisari yang mempunyai kutub positif dan
negatif sehingga untuk menyalakan LED harus diberi arus maju (forward).
Jika LED diberi arus terbalik (reverse) maka chip di dalam LED
tidak akan mengeluarkan emisi cahaya bahkan jika tegangan sumber terlalu besar
dapat menyebabkan LED tersebut rusak. Bukan hanya itu, meskipun LED diberi arus
maju tetapi kalau arusnya terlalu besar, maka LED pun akan rusak. Di sinilah
perlunya tahanan (resistor) untuk membatasi arus.
Setiap warna LED mempunyai
karakteristik yang berbeda seperti besarnya drop tegangan dan arus yang dibutuhkan untuk
membuat chip di dalam LED menghasilkan emisi cahaya. Semakin terang
jenis LED (Super Bright LED) semakin besar drop tegangan dan arus
yang dibutuhkan.
Karena perbedaan karakteristik
inilah maka untuk membuat rangkaian seri agar setiap LED menyala normal, cukup
sulit karena besarnya cahaya yang dihasilkan akan berbeda, bahkan sebagian LED
dapat tidak menyala atau redup. Untuk mencegah hal seperti ini LED yang berbeda
warna harus dipasang paralel dengan resistor pembatas yang disesuaikan dengan
kebutuhan arus LED.
Berikut ini adalah spesifikasi
(tegangan dan arus) yang dibutuhkan agar LED menyala dengan normal:
Tegangan LED
- Standar Red : 1,7 Volt
- Super Bright Red : 2,2 Volt
- Standar Green : 2,2 Volt
- High Intensity Blue : 3,0 - 3,5
Volt
- High Intensity White :
3,0 - 3,5 Volt
Arus LED
- LED berdiameter 3 mm - 5 mm
pada umumnya beroperasi 20 mA sampai 30 mA.
- Super Bright LED membutuhkan
arus >200 mA
Contoh permasalahan:
- Perhatikan gambar di bawah.
Jika kita mempunyai sumber
tegangan
DC (misalnya AKI motor) 12 Volt dan sebuah LED merah standar dengan ukuran
5 mm, maka resistor yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Diketahui:
Tegangan Sumber (V) = 12 Volt
Tegangan LED (VLED) = 1,7 Volt
Arus LED (ILED) = 20 mA atau 0,02 A (1 Ampere = 1000 mA)
Menghitung Resitor (R) yang dibutuhkan:
R = (V-VLED) / ILED
= (12-1,7) / 0,02
= 10,3 / 0,02
= 515 Ohm
Karena resistor dengan nilai 515 Ohm jarang ada di pasaran, alternatifnya dapat menggunakan resitor dengan nilai 560 Ohm, dengan demikian maka arus total yang mengalir dan daya yang dibutuhkan resitor tersebut adalah sebagi berikut:
Arus (I):
I = (V-VLED) / R
= (12 - 1,7) / 560
= 10,3 / 560
= 0,0184 Ampere
= 18,4 mA
Daya (P):
P = I^2 x R
= 0,0184^2 x 560
= 0,19 Watt
Di pasaran tersedia resitor 1/4 Watt. Tentu saja jika menggunakan resistor yang lebih besar dayanya akan lebih baik (awet), tetapi jangan terlalu extrim misalnya dapat menggunakan resistor 1/2 Watt dengan nilai 560 Ohm.
- Bagaimana jika LED yang akan
dipasang adalah jenis High Intensity White dengan ukuran 5 mm sebanyak
empat buah? Berikut cara
menghitung tahanan
(resitor yang tepat).
Diketahui:
Tegangan Sumber (V) = 12 Volt
Tegangan LED (VLED) = 3,0 Volt
Arus LED (ILED) = 200 mA atau 0,2 A (1 Ampere = 1000 mA)
Menghitung Resitor (R) yang dibutuhkan:
R = (V-(2 x VLED)) / ILED
= (12-(2 x 3,0)) / 0,2
= (12-6) / 0,2
= 6 / 0,2
= 30 Ohm
Di pasaran tersedia 33 Ohm, dengan demikian arus total dan daya minimal resistor adalah sebagai berikut:
Arus (I):
I = (V-(2 x VLED) / R
= (12 - (2 x 3.0)) / 33
= (12-6) / 33
= 6 / 33
= 0,182 Ampere
= 182 mA
Daya (P):
P = I^2 x R
= 0,182^2 x 33
= 1,09 Watt
Jadi dapat menggunakan tahanan 1 Watt atau lebih dengan nilai 33 Ohm.
Tegangan Sumber (V) = 12 Volt
Tegangan LED (VLED) = 3,0 Volt
Arus LED (ILED) = 200 mA atau 0,2 A (1 Ampere = 1000 mA)
Menghitung Resitor (R) yang dibutuhkan:
R = (V-(2 x VLED)) / ILED
= (12-(2 x 3,0)) / 0,2
= (12-6) / 0,2
= 6 / 0,2
= 30 Ohm
Di pasaran tersedia 33 Ohm, dengan demikian arus total dan daya minimal resistor adalah sebagai berikut:
Arus (I):
I = (V-(2 x VLED) / R
= (12 - (2 x 3.0)) / 33
= (12-6) / 33
= 6 / 33
= 0,182 Ampere
= 182 mA
Daya (P):
P = I^2 x R
= 0,182^2 x 33
= 1,09 Watt
Jadi dapat menggunakan tahanan 1 Watt atau lebih dengan nilai 33 Ohm.
bukanya yg di gunakan adalah 4 buah LED white.
Knpa VLED nya cuma dikalikan 2 (2 x 3.0),
Bukannya sharusnya dikalikan 4 (4 x 3.0) jg?
Knpa VLED nya cuma dikalikan 2 (2 x 3.0),
Bukannya sharusnya dikalikan 4 (4 x 3.0) jg?
Prinsipnya
begini:
Jika LED dipasang seri maka dikalikan 2, tetapi jika LED dipasang paralel, tidak perlu dikalikan tetapi arus sumber yang dibutuhkan lebih besar 2 kali. Ini akan berbeda jika keempat LED dipasang seri, maka VLED harus dikalikan 4.
Semoga membantu. Thanks.
Jika LED dipasang seri maka dikalikan 2, tetapi jika LED dipasang paralel, tidak perlu dikalikan tetapi arus sumber yang dibutuhkan lebih besar 2 kali. Ini akan berbeda jika keempat LED dipasang seri, maka VLED harus dikalikan 4.
Semoga membantu. Thanks.
Jika dipasang seri tentu saja dikali
5
6.
Dioda Photo
- Foto Dioda adalah jenis dioda yang
berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen
elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya yang
dapat dideteksi oleh dioda foto ini mulai dari cahaya infra merah, cahaya
tampak, ultra ungu sampai dengan sinar-X. Aplikasi dioda foto mulai dari
penghitung kendaraan dijalan umum secara otomatis, pengukur cahaya pada
kamera serta beberapa peralatan di bidang medis.
Foto
Dioda
|
Simbol
Foto Dioda
|
Komponen Elektronika yang mirip
dengan Foto Dioda adalah Transistor Foto (Phototransistor). Foto
Transistor ini pada dasarnya adalah jenis transistor bipolar yang menggunakan
kontak (junction) base-collector untuk menerima cahaya. Komponen ini mempunyai
sensitivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan Dioda Foto. Hal ini
disebabkan karena elektron yang ditimbulkan oleh foton cahaya pada junction ini
di-injeksikan di bagian Base dan diperkuat di bagian Kolektornya. Namun
demikian, waktu respons dari Transistor-foto secara umum akan lebih lambat dari
pada Foto Dioda.
Energi thermal menghasilkan pembawa minoritas
dalam dioda, makin tinggi suhu makin besar arus dioda yang terbias terbalik.
Energi cahaya juga menghasilkan pembawa minoritas. Dengan menggunakan jendela
kecil untuk membuka junction agar terkena sinar, pabrik dapat membuat dioda
photo. Jika cahaya luar mengenai junction dioda photo yang dibias terbalik
akan dihasilkan pasangan electron-hole
dalam lapisan pengosongan. Makin kuat cahaya makin banyak jumlah pembawa yang
dihasilkan cahaya makin besar arus reverse. Oleh sebab itu dioda photo
merupakan detektor cahaya yang baik sekali.
Dioda Varactor Seperti kebanyakan komponen dengan kawat penghubung, dioda juga mempunyai kapasitansi bocor yang mempengaruhi kerja pada frekuensi tinggi, kapasitansi luar ini biasanya lebih kecil dari 1 pF. Dioda silicon yang memanfaatkan efek kapasitansi yang berubah-ubah ini disebut dioda varactor. Dalam banyak aplikasi menggantikan kapasitor yang ditala secara mekanik, dengan perkataan lain varaktor yang dipasang parallel dengan inductor merupakan rangkaian tangki resonansi. Dengan mengubah-ubah tegangan riverse pada varactor kita dapat mengubah frekuensi resonansi. Penerapan dioda varaktor ini biasanya pada tuner yang ditala menggunakan tegangan.
Dioda Step-Recovery Dengan mengurangi tingkat doping dekat junction pabrik dapat membuat dioda step-recovery piranti yang memanfaatkan penyimpanan muatan. Selama konduksi maju dioda berlaku seperti dioda biasa dan bila dibias terbalik dioda ini konduksi sementara lapisan pengosongan sedang diatur dan kemudian tiba-tiba saja arus balik menjadi nol. Dalam keadaan ini seolah-olah dioda tiba-tiba terbuka menjepret (snaps open) seperti saklar, dan inilah sebabnya kenapa dioda step-recovery sering kali disebut dioda snap. Dioda step-recovery digunakan dalam rangkaian pulsa dan digital untuk menghasilkan pulsa yang sangat cepat. Snap-off yang tiba-tiba dapat menghasilkan pensaklaran on-off kurang dari 1 ns. Dioda khusus ini juga digunakan dalam pengali frekuensi.
TRANSISTOR
Transistor
sebagai salah satu komponen aktif elektronika terbuat dari bahan semikonduktor Germanium,
Silikon, dan Gallium Arsenide yang memiliki beberapa fungsi di antaranya
sebagai penguat, saklar (switching), dan modulasi sinyal.
Dua jenis transistor yang sering dipakai adalah tipe NPN dan PNP (N=Negatif, P=Positif). Transistor tipe NPN akan bekerja jika basis diberi arus positif, colector positif, dan emitor negatif, sedangkan transistor PNP akan bekerja jika basis diberi arus negatif, colector negatif, dan emitor positif. Aplikasi pada sebuah sistem elektronik tentu tidak sesederhana itu, ada beberapa perhitungan dasar yang harus dilakukan sesuai dengan karateristik transistor.
Yang termasuk kategori Transisitor di antaranya:
- UJT (Uni Junction Transistor)
- BJT (Bipolar Junction
Transistor)
- FET (Field Effect Transistor)
- JFET (Junction Field Effect
Transistor)
- MOSFET (Metal Oxide
Semiconductor Field Effect Transistor)
- IGBT (Insulated Gate Bipolar
Transistor)
Pembahasan mengenai jenis-jenis
transisitor di atas (point 1-8) akan dibahsa di posting lain.
Bentuk
fisik Transistor Simbol
Transistor
Salah satu fungsi transistor yang paling banyak digunakan di
dunia Elektronika
Analog adalah
sebagai penguat yaitu penguat arus,penguar tegangan, dan penguat daya. Fungsi
komponen semikonduktor ini dapat kita temukan pada rangkaian Pree-Amp Mic,
Pree-Amp Head, Mixer, Echo, Tone Control, Amplifier dan lain-lain.
Prinsip kerja transistor pada contoh
rangkaian di bawah adalah, arus kecil pada basis (B) yang merupakan input
dikuatkan beberapa kali setelah melalui Transistor. Arus output yang telah
dikuatkan tersebut diambil dari terminal Collector (C). Besar kecilnya
penguatan atau faktor pengali ditentukan oleh beberapa perhitungan
resistor yang
dihubungkan pada setiap terminal transistor dan disesuaikan dengan tipe dan
karakteristik transistor. Signal yang diperkuat dapat berupa arus DC (searah) dan arus AC
(bolak-balik)
tetapi maksimal tegangan output tidak akan lebih dari tegangan sumber (Vcc)
Transistor.
Rangkaian
transistor sebagai penguat
Bentuk
signal input dan output penguatan
Pada gambar pertama (Transistor Sebagai Penguat), tegangan pada Basis (dalam mV) dikuatkan oleh Transistor menjadi besar (dalam Volt). Perubahan besarnya tegangan output pada Collector akan mengikuti perubahan tegangan input pada Basis. Pada gambar kedua dapat terlihat perubahan dan bentuk gelombang antara input dan output yang telihat melalui Osciloscope.
Berdasarkan cara pemasangan ground dan pengambilan output, penguat transistor dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
- Common Base
Penguat Common Base digunakan sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor merupakan input dan Collector adalah output sedangkan Basis di-ground-kan/ ditanahkan.
Sifat-sifat
Penguat Common Base:
- Isolasi input dan output
tinggi sehingga Feedback lebih kecil
- Cocok sebagai Pre-Amp karena
mempunyai impedansi input tinggi yang dapat menguatkan sinyal kecil
- Dapat dipakai sebagai penguat
frekuensi tinggi
- Dapat dipakai sebagai buffer
Penguat Common Emitor digunakan sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-ground-kan/ ditanahkan, Input adalah Basis, dan output adalah Collector.
Sifat-sifat
Penguat Common Emitor:
- Signal output berbeda phasa
180 derajat
- Memungkinkan adanya osilasi
akibat feedback, untuk mencegahnya sering dipasang feedback negatif.
- Sering dipakai sebagai penguat
audio (frekuensi rendah)
- Stabilitas penguatan rendah
karena tergantung stabilitas suhu dan bias transistor
- Penguat
Common Collector
Sifat-sifat Penguat Common
Collector:
- Signal output dan sigal input
satu phasa (tidak terbalik seperti Common Emitor)
- Penguatan tegangan kurang dari
1 (satu)
- Penguatan arus tinggi (sama
dengan HFE transistor)
- Impedansi input tinggi dan
impedansi output rendah sehingga cocok digunakan sebagai buffer
Penguat
transistor
ini mempunyai titik kerja efektif setengah tegangan Vcc. Agar rangkaian siap
bekerja menerima signal input maka penguat ini memerlukan bias awal. Penguat
kelas A adalah penguat dengan efesiensi terendah tetapi memiliki cacat signal
(distorsi) terkecil.
Untuk mendapatkan titik kerja transistor tepat setengah tegangan Vcc, maka harus dilakukan sedikit perhitungan melalui pembagi tegangan yang terdiri dari dua buah resistor. Karena memiliki distorsi kecil, maka penguat kelas A dapat digunakan sebagai penguat awal sebuah sistem (Pre Amp).
Untuk mendapatkan titik kerja transistor tepat setengah tegangan Vcc, maka harus dilakukan sedikit perhitungan melalui pembagi tegangan yang terdiri dari dua buah resistor. Karena memiliki distorsi kecil, maka penguat kelas A dapat digunakan sebagai penguat awal sebuah sistem (Pre Amp).
Titik kerja penguat kelas B berada
dititik Cut-Off transistor dan bekerja berdasarkan tegangan bias dari
sinyal input yang masuk. Penguat kelas B akan berada dalam kondisi OFF jika
tidak ada signal input oleh karena itu maka penguat kelas B ini mempunyai efesinsi
tinggi tetapi tidak dapat bekerja jika tegangan input kurang dari 0,6 Volt. Hal
inilah yang menyebabkan signal cacat (distorsi).
Karena bekerja pada level tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt), maka penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir audio. Penguat kelas B ini dalam aplikasinya menggunakan sistem konfigusi push-pull yang dibangun oleh dua transistor.
Karena bekerja pada level tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt), maka penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir audio. Penguat kelas B ini dalam aplikasinya menggunakan sistem konfigusi push-pull yang dibangun oleh dua transistor.
- Pengaut Kelas C
Titik kerja penguat kelas C berada
di daerah Cut-Off transistor (mirip dengan penguat kelas B) tetapi hanya
membutuhkan satu transistor untuk bekerja normal. Penguat kelas C dipakai untuk
menguatkan signal pada satu sisi atau bahkan hanya puncak-puncak (peak to
peak) signal saja.
Penguat ini tidak memerlukan
fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal dan tidak
memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi
tinggi. Untuk membantu kerja biasanya sering ditambahkan sebuah rangkaian
resonator LC yang terdiri dari induktor dan condensator. Penguat kelas C mempunyai
efisiensi yang tinggi sampai 100 % namun dengan fidelitas yang rendah.
Transistor
Sebagai Saklar
Saat
sebuah transistor digunakan pada suatu rangkaian, fungsi dari transistor
tersebut ditentukan oleh kurva karakteristik-nya.
Transistor
memeliki kurva karakteristik input, output dan transfer, yang paling umum
digunakan adalah kurva karakteristik output. Pada saat Transistor digunakan
sebagai saklar, maka daerah yang digunakan pada kurva karakteristik ialah
daerah "cut-off" dan daerah "saturasi", untuk lebih
jelasnya lihat gambar dibawah.
Daerah
yang diarsir kuning adalah daerah "cut-off". Pada saat
"cut-off" kondisi dari transistor adalah arus basis sama dengan nol
(IB = 0), Arus output pada kolektor sama dengan nol dan Tegangan pada kolektor
maksimum atau sama dengan tegangan supply (VCE = VCC).
Daerah
yang diarsir merah adalah daerah "saturasi". Pada saat
"saturasi" kondisi dari transistor adalah arus basis maksimal
(IB=Max) sehingga menghasilkan arus kolektor maksimal (IC=Max) dan tegangan
Kolektor Emitor minimum (VCE=0)
Garis
beban dapat dibangun apabila kita mengetahui arus beban pada rangkaian dan
tegangan operasinya. Sekarang coba anda bayangkan mendisain transistor yang
digunakan untuk mensaklar beban sebesar 20mA, tegangan supply-nya 5V DC. Titik
"A" pada diagram dibawah adalah kondisi saat Saat transistor OFF, IC
(arus kolektor) akan menjadi nol sedangkan VCE (tegangan kolektor-emitor) akan
menjadi hampir sama dengan tegangan supply (5V DC).
Titik
"B" pada diagram diatas adalah kondisi saat transistor ON dimana IC
akan menjadi 20mA (sama dengan arus beban) dan VCE nilainya sangat kecil hampir
mendekati nol. Garis yang ditarik dari titik A ke titik B ini yang dinamakan
garis beban.
Rumus
Perhitungan Transistor Sebagai Saklar.
Karena
transistor mungkin mempunyai hfe antara 100 - 500 maka kita pilih dulu
menggunakan hfe minimum ( 100 ). Arus kolektor adalah 20mA, maka Arus Basis
yang dibutuhkan adalah:
hfe = Ic / Ib
ib = Ic / hfe(min) = 20/100= 0.2mA
Nilai Vin adalah 5V DC, nilai Vbe adalah 0,6V DC
(konstanta) berarti tegangan yang melewati Rb adalah Vin - Vbe = 4,4 V DC.
Sehinggan Nilai Rb dapat kita hitung:
Rb = 4.4 / 0.2 = 22K
INTEGRATED CIRCUIT
IC dapat di definisikan sebagai
kumpalan dari beberapa komponen hingga ribuan komponen elektronika berupa
transistor, resistor dan komponen elektronika yang lain dan membentuk suatu
rangkaian elektronika yang membentuk fungsi elektronika tertentu dan dikemas
dalam sebuah kemasan yang kompak dan kecil dengan pin atau kaki sesuai dengan
fungsinya.
Kemasan demikian disebut Integrated
Circuit (IC). Sejarah IC (Integrated Circuit) IC mengkombinasikan tiga komponen
elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa.
Para ilmuwan kemudian berhasil
memasukkan lebih banyak komponen-komponen ke dalam suatu chip tunggal yang
disebut semikonduktor. Integrated Circuit (IC) merupakan komponen semikonduktor
yang di dalamnya dapat memuat puluhan, ratusan atau ribuan atau bahkan lebih
komponen dasar elektronik yang terdiri dari sejumlah komponen resistor,
transistor, dioda dan komponen semikonduktor yang lain.
Komponen-komponen yang ada di dalam
IC membentuk suatu subsistem terintegrasi (rangkaian terpadu) yang bekerja
untuk suatu keperluan tertentu, namun tidak tertutup kemungkinan dipergunakan
untuk tujuan yang lain. Setiap jenis IC didesain untuk keperluan khusus
sehingga setiap IC akan memiliki rangkaian internal yang beragam.
Contoh Bentuk IC Yang Beredar di
Pasaran bentuk ic,ic,integrated circuit,chip ic,kemsan ic,definisi ic,teori
ic,chips ic Untuk mempermudah pemakaian IC tersebut maka dibentuklah suatu
bentuk yang standard. Salah satu standard IC tersebut adalah DIP (Dua Inline
Package), dimana kaki-kaki IC tersebut susunannya terdiri dari dua jalur yang
simetris dari 8, 14, 16 kaki dan seterusnya.
Urutan kaki-kaki tersebut adalah
sebagai berikut : urutan kaki 1 s/d 8 atau s/d 14 atau s/d 16, apabila dilihat
dari atas IC tersebut adalah berlawanan dengan arah putaran jam, dimana
hitungan tersebut dimulai dari ujung yang ada coakan atau titik, untuk jelasnya
dapat diperhatikan gambar dibawah ini.
Cara Membaca Urutan Kaki IC
(Integrated Circuit),
Dari gambar diatas terlihat jelas
cara pembacaan urutan IC (Integrated Circuit). Cara pembacaan pin IC tersebut
tidak hanya berlaku untuk IC tipe SIP (Single In Package) maupun DIP (Dual In
Package) tetapi juga berlaku untuk IC dengan kaki pada 4 sisi. Kaidah pembacaan
pin atau kaki IC ini sama semua untuk semua produsen IC seperti dijelaskan
melalui gambar pembacaan susunan pin/kaki IC diatas.
TRANDUCER
Tranducer
adalah komponen elektronika yang dapat mengalami perubahan dalam besaran
listrik apabila merespon suatu perubahan bentuk energi yang mengenai fisik dari
komponen yang disebut tranducer tersebut.
Tranducer dalam dunia elektronika
sering juga disebut sebagai sensor. Ada beberapa jenis tranducer yang akan
mengalami perubahan resistansi apabila merespon suatu perubahan energi pada
fisik tranducer atau sensor tersebut. Tranducer yang memiliki karakteristik
perubahan resistansi tersebut contohnya LDR, NTCdan PTC.
- LDR (Light Dependent
Resistance) : Resistansi berubah karena pengaruh perubahan intensitas
cahaya
- NTC (Negative Temperature
Coeffisient) : Resistansi mengecil jika temperature meninggi.
- PTC (Positive Temperature
Corfficient) : Resistansi membesar jika temperature mengecil.
- Microfon (Mic) : Tegangan
berubah karena pengaruh perubahan suara. Ultrasonic.
- Bimetal
- Solarcell : Tegangan dihasilkan
karena cahaya.
LDR (Light Dependent Resistance)
LDR adalah resistor yang dapat berubah-ubah nilai resistansinya
jika permukaannya terkena cahaya. Kondisinya ialah jika terkena cahaya nilai
resistansinya kecil,sedangkan jika tidak terkena cahaya (kondisi gelap) maka
nilai resistansinya besar.
Gambar dan simbol LDR LDR
NTC (Negative Temperature
Coeffisient)
NTC
adalah resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perubahan temperatur terhadapnya. Jika temperaturnya makin tinggi maka nilai
resistansinya kecil dan sebaliknya bila temperaturnya makin rendah maka nilai
resistansinya semakin besar.
Gambar dan simbol NTC
PTC (Positive Temperature
Coeffisient)
PTC adalah resistor yang nilai
resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan temperatur terhadapnya. Jika
temperaturnya makin tinggi maka nilai resistansinya semakin besar sedangkan
bila temperaturnya makin rendah maka nilai resistansinya pun semakin kecil.
Gambar dan simbol PTC
RUMUS
– RUMUS
Kuat Arus Listrik → Jumlah Muatan Listrik Yg Lewat Suatu
Penghantar Tiap Detik.
I = Q / t
I → Kuat Arus Listrik ( Ampere )
Q → Jumlah Muatan ( Coulomb )
t → Waktu ( Detik )
Daya → Usaha Per Satuan Waktu.
P = W / t
P = Daya ( Watt )
W = Usaha ( Joule )
t = Waktu ( Detik )
Hambatan Jenis → Hambatan Yg Terdapat Pd Penghantar Tiap
Satu Satuan Panjang.
ρ = R . A / L
ρ = Hambatan Jenis ( Ohm )
R = Hambatan ( Ohm )
A = Luas Penampang Penghantar ( m2 )
L = Panjang Penghantar ( m )
Hambatan Pada Suatu Kawat Penghantar Tergantung Pada :
a. Luas Penampang Penghantar.
b. Panjang Penghantar.
c. Hambatan Jenis.
R = ρ . L / q
ρ = Hambatan Jenis ( Ohm )
R = Hambatan ( Ohm )
q = Luas Penampang Penghantar ( mm2 )
L = Panjang Penghantar ( m )
Hambatan Listrik → Hambatan Yg Terjadi Pd Rangkaian Listrik.
HUKUM OHM.
Besarnya Hambatan Listrik ini Sebanding Dg Beda Potensialnya
( VOLT ), Serta Berbanding Terbalik Dg Kuat Arusnya.
R = V / I
I = V / R
V = I . R
Impedansi → Jumlah Hambatan Secara Vektor Pd Rangkaian Arus
Bolak – Balik / AC.
1. Impedansi Rangkaian Seri R & L : Z = √ R2 + XL2
2. Impedansi Rangkaian Seri R & C : Z = √ R2 + XC2
3. Impedansi Rangkaian Seri R – L & C : Z = √ R2 + ( XL – XC ) 2
Kapasitas Kapasitor → Perbandingan Antara Besarnya Muatan
Salah Satu Keping Kapasitor Dg Beda
Potensial Antar Keping – Keping tsb.
C = q / V
C = Kapasitas Kalor ( Coulomb / Volt )
q = Muatan ( Coulomb )
V = Beda Potensial ( VOLT )
Reaktansi Induktif → Hambatan Yg Ditimbulkan Oleh Kumparan /
Induktor Pd Arus Bolak-Balik ( AC )
XL = ω.L
XL = 2.π.f.L
ω = 2.π.f
Reaktansi Kapasitif → Hambatan Yg Ditimbulkan Oleh Kapasitor Pd
Arus Bolak – Balik.
XC = 1 / ω.C
XC = 1 / 2.π.f.C
ω = 2.π.f
Kuat Arus Listrik → Jumlah Muatan Listrik Yg Lewat Suatu
Penghantar Tiap Detik.
I = Q / t
I → Kuat Arus Listrik ( Ampere )
Q → Jumlah Muatan ( Coulomb )
t → Waktu ( Detik )
Daya → Usaha Per Satuan Waktu.
P = W / t
P = Daya ( Watt )
W = Usaha ( Joule )
t = Waktu ( Detik )
Hambatan Jenis → Hambatan Yg Terdapat Pd Penghantar Tiap
Satu Satuan Panjang.
ρ = R . A / L
ρ = Hambatan Jenis ( Ohm )
R = Hambatan ( Ohm )
A = Luas Penampang Penghantar ( m2 )
L = Panjang Penghantar ( m )
Hambatan Pada Suatu Kawat Penghantar Tergantung Pada :
a. Luas Penampang Penghantar.
b. Panjang Penghantar.
c. Hambatan Jenis.
R = ρ . L / q
ρ = Hambatan Jenis ( Ohm )
R = Hambatan ( Ohm )
q = Luas Penampang Penghantar ( mm2 )
L = Panjang Penghantar ( m )
Hambatan Listrik → Hambatan Yg Terjadi Pd Rangkaian Listrik.
HUKUM OHM.
Besarnya Hambatan Listrik ini Sebanding Dg Beda Potensialnya
( VOLT ), Serta Berbanding Terbalik Dg Kuat Arusnya.
R = V / I
I = V / R
V = I . R
Impedansi → Jumlah Hambatan Secara Vektor Pd Rangkaian Arus
Bolak – Balik / AC.
1. Impedansi Rangkaian Seri R & L : Z = √ R2 + XL2
2. Impedansi Rangkaian Seri R & C : Z = √ R2 + XC2
3. Impedansi Rangkaian Seri R – L & C : Z = √ R2 + ( XL – XC ) 2
Kapasitas Kapasitor → Perbandingan Antara Besarnya Muatan
Salah Satu Keping Kapasitor Dg Beda
Potensial Antar Keping – Keping tsb.
C = q / V
C = Kapasitas Kalor ( Coulomb / Volt )
q = Muatan ( Coulomb )
V = Beda Potensial ( VOLT )
Reaktansi Induktif → Hambatan Yg Ditimbulkan Oleh Kumparan /
Induktor Pd Arus Bolak-Balik ( AC )
XL = ω.L
XL = 2.π.f.L
ω = 2.π.f
Reaktansi Kapasitif → Hambatan Yg Ditimbulkan Oleh Kapasitor Pd
Arus Bolak – Balik.
XC = 1 / ω.C
XC = 1 / 2.π.f.C
ω = 2.π.f
. Tegangan, arus, dan
resistansi (Hukum Ohm)
V = IR
Ket : V= Tegangan, I= Arus R=Resistansi
(Tahanan)
2. Resistansi dan
resistivitas
Ket : R = Resistansi(Ω) , ρ = Resistivitas (m Ω) , A=
Luas penampang (m^2)
3. Muatan, arus, waktu
Q
= It
Ket : Q= Muatan, I = arus, t =
waktu
4. Daya, arus, tegangan
P = IV
Ket : P=Daya, I=arus, V=Tegangan
5. Daya, Tegangan, dan
Resistansi
6. Daya, arus,
resistansi
7. Reluktansi, dan Permeabilitas
8. Fluks, dan kerapatan Fluks
B = Φ/A
Ket : B =Kerapatan Fluks, Φ = Fluks total (Weber), A = Luas
medan magnet (m^2)
\
9. Arus, dan intensitas medan magnetik
Ket : H = gaya pemagnetan, N= Jumlah lilitan, I=
arus, ��= panjang jalur magnetik
1 10. Fluks, arus, dan
reluktansi
NI = SΦ
Kumpulan Rumus ( Dasar
Kelistrikan)
Berikut ini merupakan
rumus-rumus dasar kelistrikan
yang pernah didapatkan
dalam perkuliahan dasar